Gaya artsy bernuansa jadul alias tempo dulu kini mulai kembali diminati dalam desain interior. Salah satunya adalah gaya desain retro. Meskipun sama-sama identik dengan interior bergaya jadul, gaya retro berbeda dengan gaya desain vintage yang berkembang dan menjadi trend jauh lebih dulu sebelum desain retro di era 1920-an hingga pertengahan 1960-an.

google.com

Desain retro baru mulai meramaikan jagad dunia interior pada era 1960-an hingga awal 1990-an. Namun, perkembangan desain retro sendiri sebenarnya telah tumbuh sejak awal tahun 1900-an.

Setiap era dan dekade, desain retro mendapatkan pengaruh dari perkembangan industri lainnya. Berdasarkan era perkembangannya, desain retro bisa diklasifikasikan ke dalam beberapa gaya berikut.

1. Desain Retro Art Deco

architecturaldigest.com

Gaya desain retro satu ini merupakan desain retro yang paling awal berkembang di era tahun 1930-an. Jika melihat dari segi konsep keseluruhan, desain retro art deco lebih identik dengan kesederhanaan dibandingkan desain retro lainnya. Didominasi dengan bentuk-bentuk gubahan masa yang lebih formal dan geometrik serta elemen garis yang tegas dan simpel adalah salah ciri dari desain retro art deco.

Bentuk-bentuk perabot dalam desain retro art deco juga cenderung melebar ke samping atau secara horizontal. Biasanya juga didominasi oleh material kayu solid yang dikombinasikan dengan material logam seperti besi dan kuningan, seperti meja atau lemari pakaian di atas.

architecturaldigest.com

Desain retro art deco banyak menggunakan warna mint, kuning gading, coklat muda atau beige, abu-abu muda, dan juga krem sebagai warna dasar. Warna-warna ini bisa dikatakan lebih lembut dibandingkan dengan desain retro yang berkembang pada era selanjutnya.

2. Desain Retro Fifties

freshome.com

Sesuai dengan namanya, desain retro fifties berkembang pada era 1950-an. Munculnya gaya desain retro fifties erat kaitannya dengan perkembangan ekonomi dan industri yang pesat pada saat itu, sehingga penggunaan warna dan material pada desain interior menjadi lebih berani dan eksploratif.

Pada desain retro fifties kamu sudah akan menemukan lebih banyak perabot dengan material olajan seberti fiber, vinil, melamim, plastik, karet, dan berbagai material industri lainnya.

pinterest.com

Tak seperti desain retro art deco, pada desain retro fifties kamu akan menemukan warna-warna lebih berani seperti merah, kuning, jingga, hingga warna seperti fuschia sebagai palet warna primer pada ruangan baik dalam elemen perabotan hingga dinding dan lantai.

3. Desain Retro: Pop Art

vintageindustrialstyle.com

Memasuki eran 1960-an, dunia seni dan fashion mulai berkembang dan menjadi kiblat dari perkembangan dunia desain retro. Pada era ini, desain retro lebih dikenal sebagai pop art dimana bentuk-bentuk mulai di ekplorasi lebih tajam dan penggunaan warna pada desain interior sudah tak lagi memiliki batas.

Era pop art merupakan era desain retro yang memiliki kekhasan paling berbeda dibandingkan dengan desain retro yang berkembang pada era-era sebelumnya.

4. Desain Retro Seventies

Saat perpindahan dan memasuki era 1970-an, gaya retro art deco mulai kembali dilirik sebagai bentuk estetis yang baik untuk diterapkan pada gaya interior. Bisa dikatakan bahwa gaya desain retro seventies merupakan transformasi desain retro art deco yang dibalut dengan teknologi yang lebih modern.

pinterest.com

Tak lagi terlalu simpel, pada gaya desain retro seventies bentuk lebih dieksplorasi dan kiblat penggunaan warna lebih mengarah pada palet-palet warna earthy tone.

Meskipun memiliki perkembangan yang berbeda setiap era, desain retro umumnya memiliki karakteristik inti yang menjadi identitas. Karakteristik-karakteristik inilah yang bisa kamu jadikan pedoman untuk megadaptasi gaya desain retro pada desain interior rumah kamu. Lalu, seperti apa karakteristik dari gaya desain retro?

Karakteristik Desain Retro

1. Penggunaan warna-warna terang dan berani

Sejak gaya desain art-deco, eksplorasi penggunaan warna-warna cerah dan mencolok sudah terlihat dari penggunaan warna mint yang menonjol dibandingkan warna-warna earthy tone.

Semakin menuju era yang lebih modern, penggunaan warna-warna mencolok ini jauh lebih berani. Penggunaan warna seperti merah, kuning, ungu, dan dikombinasikan warna-warna earthy tone adalah palet warna dasar dari desain retro modern.

flickr.com

Pengaplikasian warna ini nggak hanya bisa diterapkan pada pemilihan material finishing ruang seperti desain-desain lantai, plafon, dan juga dinding, tetapi juga dalam pemilihan perabotan.

Namun, pastikan pemilihan finishing ruang yang kamu miliki memiliki warna yang kontras dari perabot untuk membuat kesan retro lebih hidup, khususnya kamu yang ingin menghidupkan gaya pop art retro.

2. Bentuk Geometris dan Pola Repetitif

pinterest.com

Desain retro didominasi gubahan bentuk dasar yang geometris seperti kotak, segitiga, lingkaran, serta berbagai bentuk geometris lainnya. Bentuk-bentuk ini juga dijadikan sebagai pola. Dalam desain retro, pola umumnya memiliki irama yang repetitif dan lebih teratur.
Selain itu, jika kamu tertarik menggunakan elemen garis, pastikan garis yang digunakan baik itu pada pola furnitur, lantai, maupun dinding merupakan garis-garis tegas lurus khas desain retro. Pola titik-titik alias dotted juga meripakan salah satu pola yang cukup sering muncul dalam desain bergaya retro.

3. Material Sintesis

architecturaldigest.com

Untuk mewujudkan desain retro, salah satu caranya adalah dengan mengaplikasikan penggunaan material sintesis. Material seperti plastik, karet, vynil, fiber dan berbagai bahan logam (misalnya kuningan, tembaga, atau besi) yang dikombinasikan juga dengan berbagai material kayu olahan, seperti

blockboard
, multipleks, atau particle board.

Meskipun umumnya material ini diaplikasikan pada perabot dan furnitur, dalam menata desain retro, jangan takut bereksplorasi dengan menggunakan berbagai material sintesis sebagai finishing elemen dinding atau plafond. Berbagai material sintesis ini juga nggak jarang menjadi pelengkap elemen dekoratif pada interior bergaya retro.

4. Permainan Tekstur

pinterest.com

Tak hanya kaya akan pola, desain retro terkadang juga diwarnai dengan kehadiran tekstur-tekstur. Tekstur dalam desain retro bisa didapatkan mulai dari penggunaan karpet bertekstur, wallpaper dan wall covering, hingga penggunaan material seperti kulit sitesis dan fiber yang memiliki tekstur. Jadi, jika kamu ingin berkreasi dengan desain retro, jangan takut untuk bereksperimen dengan berbagai pilihan tekstur.

5. Pilihan Material Lantai

dezeen.com

Dalam mengaplikasikan desain retro pada interiormu, hanya ada tiga pilihan material lantai yang nggak akan gagal mewujudkan desain retro terbaik. Pertama adalah lantai kayu natural. Pola lantai ini bisa kamu dapatkan dari penggunaan parket atau cara sederhananya dengan penggunaan lantai vynil ataupun lantai keramik motif kayu dan bertekstur kayu.

Pilihan material kedua adalah karpet bertekstur, sedangkan pilihan material finishing lantai untuk desain interior terakhir adalah keramik polos dengan warna berbeda yang di susun dengan pola catur yang teratur.

pinterest.com

Desain retro sendiri berasal dari kaya retrospektif yang berarti melihat kembali ke masa lalu. Jadi, jangan takut untuk buka kembali referensi jadul kamu untuk menemukan berbagai inspirasi gaya desain retro yang menarik untuk kamu hidupkan kembali pada rumah impianmu.


Jangan lupa, pemilihan perabot dan furnitur adalah salah satu aspek yang nggak kalah penting dalam mewujudkan desain retro dalam interior. Cek Dekoruma untuk temukan berbagai inspirasi furnitur dan dekorasi yang pas dan cocok untuk mengembalikan kesan retro pada interior rumahmu. Selamat berkreasi!

Kalau kamu berdomisili di Jakarta dan sedang mencari jasa desain interior Jakarta untuk mewujudkan rumah impianmu, kamu bisa menggunakan layanan desain interior dari Dekoruma. Dekoruma juga melayani jasa pembuatan

kitchen set.
Tunggu apa lagi? Yuk, langsung saja hubungi Dekoruma!