Interior Design Gathering (IDG) kembali hadir kedua kalinya untuk memberikan edukasi dan sebagai ajang memperluas relasi bagi para pemain desain interior di Indonesia di Soehana Hall (The Energy Building), Kawasan Sudirman, Jakarta pada Sabtu, 27 Juli 2019 lalu.

Dengan mengusung tema The New Era of Interior Design, Dekoruma ingin menyampaikan peran teknologi yang berdampak positif dalam efisiensi rantai kerja serta adanya usaha nyata dalam merangkul pelaku home & living untuk berkarya dalam lingkungan yang sehat. Selain adanya seminar edukasi seputar desain interior, IDG 2019 juga mengadakan penghargaan bagi Interior Design Partner (IDP) Dekoruma dan Interior Design Competition.

Sebelum acara dimulai, area Soehana Hall sudah dipenuhi oleh para hadirin dan tamu undangan. Bentuk antusiasme mereka membuat Soehana Hall penuh. Sebagai penanda dimulainya acara, Dimas Harry Priawan selaku CEO Dekoruma menyampaikan rasa bersyukurnya atas terselenggaranya IDG 2019 melalui sambutan. Tak hanya itu, Dimas juga menjabarkan progress Dekoruma dari awal hingga saat IDG 2019 terlaksana.

Berbeda dari tahun sebelumnya, IDG 2019 dihadiri oleh Triawan Munaf selaku Kepala Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF). Melalui pidatonya, Triawan mengungkapkan bahwa peran desain interior sangat penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat dan terus berkembang.

Platform di subsektor desain interior, seperti Dekoruma telah berkontribusi dalam menciptakan kemudahan berkoneksi bagi pelaku kreatif di bidang industri home & living dengan konsumen. Kami berharap Dekoruma tidak hanya menangani project, tapi juga mampu menjadi pusat design thinking yang menciptakan desain baru yang bermanfaatkan dan sesuai untuk masyarakat,” jelas Triawan.

Memasuki seminar, pembicara pertama adalah Mita Lukardi. Pendiri M Design Studio ini menjabarkan beberapa hal. Salah satunya soal kemajuan teknologi yang mempermudah para desainer interior maupun konsumen dalam mencari ragam furnitur dan dekorasi.

“Gampang banget cari barang, source, apapun itu. Dulu, mesti ngiterin toko-toko. Jadi, actually kalian ada di the best of time of this century,” ujar Mita.

Meski dimudahkan oleh ragam teknologi, bukan berarti seorang desainer interior boleh bersantai-santai saja. Mita menjelaskan bahwa semua orang dari latar belakang apapun terlahir seperti kanvas kosong. Pengalaman harus dicari dan dialami sebanyak-banyaknya dan jangan takut untuk belajar hal-hal baru.

“Kalau kalian mudah nyerah, it’s hard to maintain,” tambahnya.

Berbeda dari Mita, Ariya Sradha, pendiri Tata Wastu Asia, menjelaskan soal fenomena bekerja tanpa harus pergi ke kantor yang sedang digemari banyak orang akhir-akhir ini. Kebanyakan, pekerja seni seperti desainer interior menghabiskan waktunya untuk bekerja di coffee shop. Maka dari itu, sebuah coffee shop paling tidak menyediakan coworking space kecil bagi pengunjung yang datang.

Bekerja di kantor memang membuat tiap desainer interior bersosialiasi dengan rekan kerjanya. Namun menurut Ariya, tidak bekerja di kantor juga bisa membuat desainer interior tetap bisa berkomunikasi dengan baik dengan rekan-rekannya.

“Kunci dari bekerja tanpa kantor adalah menjaga interaksi antar rekan kerja dan interaksi itu sekarang sudah banyak caranya,” jelas Ariya.

Tidak hanya secara grafis, branding sebuah perusahaan juga harus dituangkan dalam desain kantornya. Hal inilah yang menjadi fokus Santi Alaysius dan Hamphrey, pendiri Domisilium. Mengaplikasikan branding value sebuah perusahaan ke dalam realitas interior bisa dibilang sebuah tantangan besar. Namun, Santi dan Hamphrey meyakinkan para hadirin yang hadir bahwa mereka bisa menyelesaikan tantangan tersebut dengan ide yang orisinil.

“Bukan berarti suruh nyontek, tapi bisa inspired. Bisa bikin original tanpa harus copy,” ujar Santi.

Dimas menjadi pembicara terakhir. Melalui seminarnya, Dimas mengawali dengan fenomena warung Indomie yang sedang hits beberapa waktu terakhir. Banyak dijumpai warung Indomie dengan gaya interior yang mengagumkan.

“Dulu kalau desain (interior) hanya untuk restoran yang besar, restoran yang franchise. Sekarang bayangkan, warung Indomie aja butuh sebuah desain karena orang itu ekspektasinya makin lama makin tinggi,” ujar Dimas.

Peristiwa seperti ini membuka peluang besar bagi industri home & living di mana para desainer interior diberi kesempatan untuk mengubah sesuatu yang dikenal rendahan atau biasa saja menjadi mewah.

“Karena sekarang ya kalau restoran hanya jual makanan aja nggak laku. Malah sekarang, kalau makanannya nggak enak asal tempatnya enak mungkin laku,” tambah Dimas.

Sesi ini ditutup dengan antusiasme para hadirin yang bertanya pada para pembicara. Tak ketinggalan, acara pun dilanjutkan dengan penghargaan bagi IDP Dekoruma dan pengumuman pemenang Interior Design Competition yang dilaksanakan oleh Dekoruma.

Selama setahun terakhir, para IDP Dekoruma telah banyak membantu para konsumen Indonesia dalam mewujudkan hunian impiannya. Maka dari itu, Dekoruma memberikan penghargaan kepada Helsa Septiani Puteri (Best in Communication & Team Work), Fahmi Ulumudin (Best in Design), dan Risky Pamungkas (Most Valuable Player).

Konsep desain interior Japandi menjadi tema besar Interior Design Competition kali ini. Para peserta diajak untuk menciptakan desain interior kamar tidur Japandi sesuai dengan penafsiran mereka masing-masing.

Setelah melalui penilaian yang cukup sulit, akhirnya keluarlah nama para pemenang kompetisi ini, yaitu Faris Dwimulya dari Institut Teknologi Nasional (juara 1), Vincentius William dari Universitas Kristen Maranatha (juara 2), dan Marcellino Mahardika dari STD Bali (juara 3).

Selain pilihan juri, ada juga beberapa hasil desain yang menjadi juara favorit berdasarkan likes di Instagram. Ketiga pemenang favorit tersebut adalah Edgar Harvian Tanchurya dari Universitas Indonesia (juara 1), Rendy Abdillah dari Universitas Indonesia (juara 2), dan Nabila Vandhya Bachtiar dari Universitas Indonesia (juara 3).

Tidak hanya untuk IDP Dekoruma dan peserta Interior Design Competition, Dekoruma juga membagikan doorprize kepada para penonton berupa Lenovo Ideapad dan tiket pesawat pulang-pergi Jakarta-Bali. Bagi seluruh pemenang, selamat, ya!

Acara memang sudah usai. Namun, Dekoruma menyediakan acara tambahan bagi para hadirin yang ingin memperluas pengetahuannya soal desain interior, yaitu workshop How to Make Nakas with TACO HPL dari TACO dan Interior Design Trend Forecast 2019-2020 dari Indonesia Trend Forecasting.

Seru, bukan? IDG 2019 tidak akan berjalan lancar tanpa dukungan para sponsor (AER, TACO, Modena, KIA, in-Lite, dan Leder Haus), media partner (CASA), BEKRAF, Indonesia Trend Forecasting, dan HDII. Sampai jumpa di IDG tahun depan!